Hubungan Inflasi Suku Bunga dan Valas
Sabtu, 30 November 2013
Hubungan Inflasi Suku Bunga Dan Valas
Hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli ekonomi menunjukan bahwa suku bunga efektif untuk memperkuat sektor moneter apabila tidak terdapat faktor- faktor nonekonomis lain yang mengganggu. Dalam upaya mengendalikan inflasi, efektifitas suku bunga menjadi lebih rendah karena inflasi selain disebabkan karena faktor permintaan (core inflation) juga disebabkan oleh faktor penawaran (noise inflation) seperti distribusi dan produksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa suku bunga memang efektif untuk mengendalikan core inflation, tetapi tidak efektif untuk menekan noise inflation.
Dengan demikian laju inflasi dan tingkat bunga memiliki kaitan yang erat dalam hubungannya dengan jumlah uang beredar atau dengan kata lain jumlah uang yang beredar berbanding lurus dengan inflasi, berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi namun berpengaruh negatif terhadap suku bunga. Hal ini dapat dijelaskan dengan kenaikan harga barang dan jasa akibat permintaan yang meningkat serta kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga dan ongkos produksi yang menjadi penyebab utama inflasi. Oleh karena itu kenyataan ini berkaitan dengan kegiatan ekonomi yang semakin meningkat sehingga perlu adanya penyesuaian harga dan ongkos produksi. Kegiatan ekonomi meningkat berarti produksi meningkat sehingga kesempatan kerja meningkat. Untuk membiayai permintaan agregat diperlukan sejumlah dana sehingga pemerintah kemudian mengambil langkah berupa penambahan jumlah uang beredar. Dampak inflasi yang tinggi akan menurunkan pendapatan yang riil (pemerintah dan swasta), tingkat bunga tinggi akan menghambat investasi, dan pertumbuhan ekonomi rendah akan memperlambat pembangunan ekonomi.
Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal setelah dikurangi inflasi. Agar tingkat bunga riil positif maka tingkat bunga nominal harus lebih tinggi dari inflasi. Di Indonesia laju inflasi umumnya tinggi, maka tingkat bunga nominal harus tinggi, sedangkan tingkat bunga riil sendiri dipengaruhi berbagai faktor baik eksternal seperti kurs valuta asing, maupun internal seperti kredit bermasalah, praktek monopoli dan ekonomi biaya tinggi.
Jadi hubungan inflasi dengan tingkat bunga bukan merupakan hubungan yang saling mempengaruhi (hubungan kausalitas), akan tetapi tingkat bunga yang dipengaruhi oleh tingkat inflasi, sehingga tingkat inflasi tinggi maka tingkat suku bunga akan lebih tinggi lagi. Jika pemerintah berniat menurunkan tingkat bunga tanpa memperhatikan variabel-variabel yang terkait dengannya, maka tidak secara otomatis akan menurunkan laju inflasi, bahkan justru akan membuat pemerintah menjadi bangkrut.
Kurs Valas
Untuk pemahaman lebih lanjut, maka akan dicoba menentukan perubahan kurs USD/JPY yang dipengaruhi oleh tingkat bunga di Amerika dan Jepang. Tingka bunga di Jepang dinyatakan dengan rJPY dan tingkat bunga di Amerika dinyatakan dengan rUSD. Nilai uang tunai Dollar Amerika dinotasikan dengan $ dan nilai uang tunai Dollar Amerika yang dikonversikan dalam Yen Jepang dinotasikan dengan ¥. Kurs USD/JPY pada awal kesetimbangan adalah USD/JPY(1) dan setelah mengalami perubahan adalah USD/JPY(2). Hubungan tingkat bunga di Jepang dan Amerika dengan perubahan kurs USD/JPY dijelaskan pada bahasan berikut. Untuk menghemat waktu dan tempat, maka pada tulisan ini penyelesaian matematisnya tidak dibahas disini, namun hanya diulas hasil akhirnya saja.
Ada dua pendekatan yang bisa digunakan untuk memprediksi pengaruh perubahan tingkat bunga terhadap perubahan kurs.
Pendekatan Pertama:
Tingkat bunga diartikan sebagai kenaikan nilai mata uang, kemudian perubahan nilai mata uang digunakan sebagai acuan untuk memprediksi pergerakan kurs. Adapun perubahan kurs USD/JPY yang dipengaruhi oleh tingkat bunga dari Jepang dan Amerika dapat diformulasikan sebagai berikut:
Jika tingkat bunga di Jepang lebih tinggi daripada tingkat bunga di Amerika, maka Yen Jepang mengalami depresiasi dan Dollar Amerika terapresiasi.
Pendekatan Kedua:
Tingkat bunga diartikan sebagai penurunan harga komoditi, kemudian perubahan harga komoditi digunakan sebagai acuan untuk memprediksi pergerakan kurs. Adapun perubahan kurs USD/JPY yang dipengaruhi oleh tingkat bunga dari Jepang dan Amerika dapat diformulasikan sebagai berikut:
Mata uang dari negara yang memiliki tingkat bunga lebih tinggi daripada negara lain akan mengalami apresiasi. Jka tingkat bunga di Jepang lebih tinggi daripada di Amerika, maka kurs USD/JPY bergerak turun. Dollar Amerika mengalami depresiasi sedangkan Yen Jepang mengalami apresiasi.
Kedua pendekatan di atas memberi hasil yang saling berlawanan. Ketika tingkat bunga diartikan sebagai kenaikan nilai mata uang, kemudian nilai mata uang digunakan sebagai acuan untuk memprediksi pergerakan kurs, maka mata uang dari negara yang memikili tingkat bunga lebih tinggi cenderung mengalami depresiasi Ketika tingkat bunga diartikan sebagai penurunan harga komoditi, kemudian harga komoditi digunakan sebagai acuan untuk memprediksi pergerakan kurs, maka mata uang dari negara yang memiliki tingkat bunga lebih tinggi cenderung mengalami apresiasi.
Materi atau artikel yang membahas pengaruh faktor-faktor fundamental ekonomi suatu negara terhadap perubahan nilai tukar valuta asing dapat dilihat pada daftar judul artikel di bawah. Untuk membaca artikel yang membahas pengaruh faktor fundamental terhadap kurs valuta asing