Surveilans Penyakit Menular Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Minggu, 01 Desember 2013
Surveilans Penyakit Menular Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Surveilans Epidemiologi penyakit ISPA adalah suatu proses pengamatan terus menerus dan sistematik terhadap terjadinya penyebaran penyakit ISPA serta kondisi yang memperbesar resiko penularan dengan melakukan pengumpulan data, analisis, interpretasi dan penyebaran interpretasi serta tindak lanjut perbaikan dan perubahan
Penyakit ISPA adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut dapat terjadi pada saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Sebagian besar penyakit ISPA bersifat ringan dan tidak memerlukan pengobatan dengan menggunakan antibiotik. Penyebab dari sebagian besar penyakit ISPA ini adalah virus, penyakit ini dapat ditularkan melalui media air ludah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman terhirup oleh orang sehat kesaluran pernafasan.
Program pemberantasan penyakit (P2) ISPA membagi ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan bukan pneumonia. ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak–anak terutama bila keadaan kurang gizi, keadaan lingkungan yang kurang hygiene, risiko terutama terjadi pada anak anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.
Pengertian dan Definisi ISPA
Seringkali ISPA disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. ISPA adalah singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA dapat terjadi pada saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan benas dan dapat mengakibatkan kematian.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia, sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan. Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris :
Beberapa tanda klinis ISPA sebagai antara lain :
· Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
· Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
· Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.
· Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Sedangkan tanda-tanda laboratories, diantaranya adanya Hypoxemia, Hypercapnia dan Acydosis (metabolik dan atau respiratorik). Juga terdapat beberapa tanda tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun, seperti tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi buruk. Sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan, diantaranya adalah : Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya); Kejang; Kesadaran menurun; Stridor;Wheezing; Demam; dan Dingin .
Pemeriksaan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Pengertian pemeriksaan adalah proses diperolehnya informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifikasi
Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut :
· Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).
· Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
· Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Terdapat dua klasifikasi Ispa pada anak golongan umur kurang 2 bulan, yaitu : 1). Pneumonia, diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih. 2). Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
1) Sedangkan untuk golongan umur 2 buan sampai 5 tahun, terdapat 3 klasifikasi penyakit yaitu : Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta);
2) Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 – 12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih;
3) Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
Sementara beberapa jenis pengobatan pada Ispa, antara lain ;
1. Pada pneumonia berat dilakukan dengan perawatan di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dan sebagainya.
2. Pada pneumonia delakukan dengan memberikan obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kotrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
3. Pada klasifikasi bukan pneumonia, dilakukan dengan tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan antihistamin.
Pada kondisi demam, dilakukan pengobatan dengan pemberian obat penurun panas (parasetamol). Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari. Sedangkan pada bayi dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.
Berikut Beberapa hal yang perlu dikerjakan orang tua anak penderita ISPA (perawatan dirumah).
· Mengatasi panas (demam) : Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari; Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
· Mengatasi batuk ianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
· Pemberian makanan :Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
· Pemberian minuman : Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Dan jika selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
Pencegahan dan Pemberantasan ISPA
Pencegahan dapat dilakukan dengan : Menjaga keadaan gizi agar tetap baik; Immunisasi; Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan; Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA. Sedangkan usaha pemberantasan antara lain dilakukan dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang terutama di tuj ukan pada para ibu, pengelolaan kasus yang disempurnakan, serta gerakan Immunisasi
Pada tingkat Puskesmas, pelaksana pemberantasan ISPA merupakan tanggung jawab bersama, dengan Kepala Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di wilayah kerjanya. Sebagaimana kita ketahui sebagian besar kematiaan akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum penderita mendapat pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif masyarakat melalui aktifitas kader akan sangat’membantu menemukan kasus-kasus pneumonia yang perlu mendapat pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) dan kasus-kasus pneumonia berat yang perlusegera dirujuk ke rumah sakit .
Beberapa Indikator Surveilans ISPA, sebagaimana indikator surveilans lainnya antara lain :
1) Kelengkapan laporan;
2) Jumlah dan kualitas kajian epidemiologi dan rekomendasi yang dapat dihasilkan;
3) Terdistribusinya berita epidemiologi lokal dan nasional;
4) Pemanfaatan informasi epidemiologi dalam manajemen program kesehatan;
5) Menurunnya frekuensi kejadian luar biasa penyakit;
6) Meningkatnya dalam kajian SKD penyakit.