Makalah Penciptaan Ayat Suci Al-Qur'an
Selasa, 25 Maret 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur'an diturunkan oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi semesta alam. Sebagaimana Rasulullah yang kepadanya diturunkan Al-Qur'an adalah rahmat bagi semesta alam.
Allah SWT berfirman:
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."(QS Al-Anbiya': 107)
Al-Qur'an ini menjadi rahmat, umumnya bagi semesta alam dan khususnya bagi manusia. Dalam berbagai ayatnya, Al-Qur'an banyak memperbincangkan tentang manusia dan rahasia kehidupannya dalam segala aspek yang berkaitan dengannya. Misalnya tentang penciptaan manusia, kejiwaan manusia, tujuan hidup manusia, dan lain sebagainya.
Sebagai keutamaan dari kitab suci Al-Qur'an, kebenaran dari setiap kata dan kalimat yang terdapat di dalamnya, dapat dibuktikan secara ilmiah. Para ilmuwan telah banyak menemukan bukti-bukti ilmiah ini, sehingga dugaan orang-orang yang menuduh Al-Qur'an dengan tidak benar dapat dibantah.
QS.Al-Jaatsiyah 45:20
"Al-Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang menyakini." –
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kitab Allah
Kitab Allāh (Arab: كتاب الله, Kitabullāh) adalah catatan-catatan yang difirmankan oleh Allah kepada para nabi dan rasul. Umat Islam diwajibkan meyakininya, karena mempercayai kitab-kitab selain Al Qur'an sesuai dengan salah satu Rukun Iman. Jumlah kitab yang telah diturunkan sebanyak 104 kitab suci.
1. Sejarah Penulisan Dari Teks Qur'an
Tulisan-tulisan firman Allah (Kitab Allah) zaman dahulu dibuat menjadi 2 jenis, yaitu bisa berupa shuhuf dan mushaf. Kata Suhuf pula terdapat di surah al A'laa
“(yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa.” - (al A'laa 87:19)
Kedua kalimat itu berasal dari akar kalimat yang sama yaitu, "sahafa" (menulis). Shuhuf (Arab:صحيفة tunggal: sahifa) berarti sepenggal kalimat yang ditulis dalam material seperti kertas, kulit, papirus dan media lain.
Sedangkan mushaf (Arab:مصحف jamak: masahif) berarti kumpulan-kumpulan shuhuf, yang dibundel menjadi satu, seperti 2 sampul dalam satu isi.
Dalam sejarah penulisan dari teks Qur'an, suhuf terdiri dari beberapa lembaran yang pada akhirnya Qur'an dikumpulkan pada masa Abu Bakar. Dalam suhuf tersebut susunan tiap ayat di dalam surah telah tepat, tetapi lembaran-lembaran yang ada belumlah tersusun dengan rapi, tidak dibundel menjadi satu isi.
Kalimat mushaf pada saat ini memiliki arti lembaran-lembaran yang dikumpulkan di dalam Qur'an yang telah dikoleksikan pada masa Utsman bin Affan. Pada saat itu, tiap ayat di dalam surah telah disusun dengan rapi. Saat ini umat Islam juga menyebut setiap duplikat Qur'an, yang mana memiliki keteraturan tiap ayat dan surah disebut mushaf.
B. Al-Qur'an
Al-Qur`an merupakan kumpulan firman yang diberikan Allah sebagai satu kesatuan kitab sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat muslim. Menurut syariat Islam, kitab ini dinyatakan sebagai kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, selalu terjaga dari kesalahan, dan merupakan tuntunan membentuk ketaqwaan manusia.
“Pada bulan Ramadan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia.” - (Al-Baqarah: 185)
Tampilan Al-Qur`an dianggap unik, karena berupa prosa berirama, puisi epik, dan simfoni dalam keterpaduan teks yang indah. Isi Al-Qur`an juga dianggap unik, berupa paduan filsafat semesta, catatan sejarah, peringatan-peringatan dan hiburan, dasar-dasar hukum, serta doa-doa.
Bagi umat Islam, tidak disyariatkan untuk mempelajari isi Taurat, Zabur, dan Injil yang ada saat ini, karena menurut ajaran Islam, dianggap telah mengandung berbagai tafsiran yang tidak benar dan karena isi kesemua kitab yang masih diperlukan, telah dimasukkan ke dalam kitab Al-Qur`an. Namun tidak diperlukan juga upaya untuk menyerang atau menyalah-nyalahkan isi Taurat, Zabur, atau Injil, karena terdapat ayat-ayat Allah di dalamnya.
1. Penjelasan di dalam al-Qur`an
Dalam firman Allah ayat Al Imraan 3 ayat 4:
“Sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).” - (Al Imran 3:4)
Kemudian An Nissa 4 ayat 136 dan 163:
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” - (An Nissa 4:136)
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. ”- (An Nissa 4:163)
2. Semua Kitab Turun Pada Bulan Ramadan
Menurut sumber berdasarkan hadits shahih dari Imam Ahmad, kesemua kitab-kitab suci tersebut turun pada bulan Ramadan, shuhuf Ibrahim turun pada awal malam pertama bulan Ramadan, Taurat turun pada hari keenam bulan Ramadan dan Injil pada hari ketiga belas dari Ramadan. Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadan berdasarkan pada salah satu surah di dalam Al Qur'an yang berbunyi,
“Bulan Ramadan yang diturunkan di dalamnya Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan atas petunjuk itu, serta pemisah antara haq dan batil.” - (Al Baqarah 2:185)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa Allah menyanjung bulan Ramadan diatas bulan-bulan yang lain, yaitu dengan memilihnya sebagai bulan dimana kesemua kitab-kitab suci diturunkan di dalamnya.
3. Hubungan Al-Qur'an dengan kitab terdahulu
Semua muslim meyakini bahwa adanya wahyu progresif, bahwa wahyu Tuhan berkembang dengan seiring berjalannya waktu dan perbedaan kelompok dari masyarakat. Didalam Al Quran membenarkan tentang adanya larangan bekerja di hari Sabbath dalam Taurat, tetapi Al Quran membolehkan bekerja dan mengesampingkan hal tersebut.
Pada awal tahun kenabian Muhammad, sebuah wahyu diberitakan kepadanya,
“Katakanlah: Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu..” - (Al Maidah 5:68)
Kalimat ini diyakini oleh pemeluk agama Islam bahwa konversi agama lama menjadi agama Islam akan dimulai dengan segala ketulusan hati mengikuti firman dari kita-kitab suci sebelum Al Quran.
C. Turunnya Al-Quran Pada Malam Lailatul Qadar
Peringatan turunnya al-Quran pertama kali yang disebut malam peringatan Nuzulul Quran. Hal ini juga ‘terkesan’ dikuatkan dengan catatan kaki dalam “al-Quran dan Terjemahnya”surat adh-Dhukhan ayat 3.
Artinya :
“Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi[1369] dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan”.
Firman Allah subhanahu wa ta’alaa dalam surat al-Qadr ayat pertama:
Artinya :
“Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan”
Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, Karena pada malam itu permulaan Turunnya Al Quran.
Ayat diatas dengan jelas bahwa al-Quran diturunkan pada malam kemulian (Lailatul Qadar) dan juga Terlihat jelas bahwa catatan kaki untuk ayat di atas dalam “al-Quran dan Terjemahnya” juga menjelaskan bahwa malam permulaan turunnya al-Quran adalah pada malam tersebut. Sekarang yang menjadi pertanyaan, kapan terjadinya malam Lailatul Qadar, malam dimana al-Quran itu turun ? apakah benar pada 17 Ramadhan seperti yang selama ini oleh sebagian kaum muslimin Indonesia mempertingatinya ?
Nabi shallahu’alaihi wa sallam pernah mengabarkan kepada kita tentang kapan akan datangnya malam Lailatul Qadar. Beliau pernah bersabda:
“Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan” (Hadits Riwayat Bukhari 4/225 dan Muslim 1169)
Beliau shallahu’alaihi wa sallam juga bersabda:
“Berusahalah untuk mencarinya pada sepuluh hari terakhir, apabila kalian lemah atau kurang fit, maka jangan sampai engkau lengah pada tujuh hari terakhir”(Riwayat Bukhori dan Muslim)
Dengan demikian telah jelas bahwa lailatul qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan yaitu pada malam-malam ganjilnya 21, 23, 25, 27 atau 29. Maka gugurlah keyakinan sebagian kaum muslimin yang menyatakan bahwa turunya al-Quran pertama kali pada tanggal 17 Ramadhan.
D. Pendapat Ulama Tentang Awal Permulaan Wahyu
Dalam kitab siroh syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarokfury beliau menjelaskan bahwa memang ada perbedaan pendapat diantara pakar sejarah tentang kapan awal mula turunnya wahyu, yaitu turunnya surat Al-Alaq: 1-5.
Beliau menguatkan pendapat yang menyatakan pada tanggal 21. Beliau mengatakan:
“Kami menguatkan pendapat yang menyatakan pada tanggal 21, sekalipun kami tidak melihat orang yang menguatkan pendapat ini. Sebab semua pakar biografi atau setidak-tidaknya mayoritas di antara mereka sepakat bahwa beliau diangkat menjadi Rasul pada hari senin, hal ini diperkuat oleh riwayat para imam hadits, dari Abu Qotadah radliyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah ditanya tentang puasa hari senin. Maka beliau menjawab,
“Pada hari inilah aku dilahirkan dan pada hari ini pula turun wahyu (yang pertama) kepadaku.”
Dalam lafdz lain disebutkan, “Itulah hari aku dilahirkan dan pada hari itu pula aku diutus sebagai rasul atau turun wahyu kepadaku”
Lihat shahih Muslim 1/368; Ahmad 5/299, Al-Baihaqi 4/286-300, Al-Hakim 2/602.
Hari senin dari bulan Ramadhan pada tahun itu adalah jatuh pada tanggal 7, 14, 21, dan 28. Beberapa riwayat yang shahih telah menunjukkan bahwa Lailatul Qodar tidak jatuh kecuali pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Jadi jika kami membandingkan antara firman Allah,
Surat Al-Qadr. 1
Artinya : “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada Lailatul Qodar”,
Dengan riwayat Abu Qotadah, bahwa diutusnya beliau sebagai rasul jatuh pada hari senin, serta berdasarkan penelitian ilmiah tentang jatuhnya hari senin dari bulan Ramadhan pada tahun itu, maka jelaslah bagi kami bahwa diutusnya beliau sebagai rasul jatuh pada malam tanggal 21 dari Bulan Ramadhan. (Lihat Kitab Siroh Nabawiyyah oleh Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarokfury Bab Di Bawah Naungan Nubuwah, hal. 58 pustaka al-Kautsar)
Maka jelaslah bahwa pendapat kapan al-Quran turun, baik al-Quran turun dari Baitul Izzah ke langit dunia atau dari langit dunia ke Rasulullah keduanya saling melengkapi, dan bukan terjadi di 17 Ramadhan. Wallahu’alam.
E. Fungsi dan Keistimewaan Ayat Suci Al-Qur'an
Al-Qur'an sebagai mukjizat terbesar yang diberikan oleh Allah kepada Muhammad memiliki banyak keistimewaan dibanding kitab-kitab suci lainnya. Al-Qur'an menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya. Isinya mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, mengatur hubungan sesama manusia, sesama makhluk ciptaan-Nya dan juga antara makhluk dengan Sang Pencipta.
Tak hanya itu, disamping membaca Al-Qur'an memiliki keutamaan pahala yang cukup besar, ayat suci Al-Quran juga memberikan faedah dan manfaat secara fisik dan ruhiyah bagi yang membacanya.
F. Fungsi Ayat - Ayat Al-Quran
Ayat suci Al-Qur'an adalah perkataan Allah Swt, bukan sebuah syair ataupun ungkapan para pujangga. Isi dan kemurniannya terjaga sepanjang zaman. Kitab suci Al-Qur'an merupakan panduan hidup seluruh ummat manusia.
Ibarat sebuah drama, ayat suci Al-Qur'an menjadi naskah skenario kehidupan. Para pemain drama wajib mengetahui dan memahami isi skenario, jika ingin tampil sebagai pemain yang baik dalam laur drama yang dimainkan. Demikianlah analogi pemahaman ayat suci Al-Qur'an dalam kehidupan manusia.
Al-Qur'an merupakan skenario hidup. Orang-orang yang jalan hidupnya merasa kacau dan menemukan banyak masalah, boleh jadi disebabkan lantaran ketidakpahaman dirinya akan skenario hidup itu sendiri, yakni Al-Qur'an. Semakin Anda malas mempelajari dan memahami skenario hidup, maka akan semakin kacaulah jalan hidup yang di lalui.
Fungsi diturunkannya ayat-ayat suci Al-Qur'an tak lain menjadi petunjuk dan panduan hidup ummat manusia. Allah menunjukkan betapa Dia Sang Maha Pengasih dan Penyayang. Al-Qur'an diturunkan tidak hanya untuk ummat Islam, namun ditujukan kepada seluruh manusia yang mau mengambil hikmah dan pelajaran dari mukjizat terakbar ini.
G. Keistimewaan Ayat Suci Al-Qur'an
Sebagai bentuk perkataan Tuhan, ayat suci Al-Qur'an memiliki banyak keistimewaan bagi manusia. Baik bagi yang membaca, mengamalkan maupun yang mendengarkan. Berikut beberapa keistimewaan ayat-ayat suci Al-Qur'an:
· Mudah Dihapal. Ada banyak para penghafal ayat-ayat suci Al-Qur'an. Tak hanya tercatat dalam sejarah kenabian, bahkan hingga saat ini jumlah para penghafal Al-Qur'an telah tersebar di seluruh dunia. Anak kecil biasanya lebih mudah menghafal ayat suci Al-Qur'an. Kemudahan tersebut muncul karena faktor ingatan yang masih kuat dan tingkat maksiat yang dilakukan anak-anak kecil masih sedikit. Ayat Al-Qur'an adalah suatu ilmu yang suci, menghafalnya membutuhkan kebersihan dan kejernihan hati.
· Indah dan Menyejukkan. Ayat-ayat suci Al-Qur'an bukanlah syair atau karya sastra. Namun ada baiknya belajar dari keindahan ayat-ayat suci tersebut. Dalam tiap akhir potongan ayat Al-Qur'an, tak jarang Anda temukan bentuk rima yang indah, diksi yang kokoh dan menarik. Yang paling penting adalah kandungan dari makna ayat-ayat tersebut yang indah dan menyejukkan. Bagi siapa saja yang merasa jiwanya sedang sakit dan rindu ketenangan, tak salah menjadikan Al-Quran sebagai salah satu penawar.
· Tidak Bisa Ditiru. Allah sendiri telah menantang para penyair kafir yang menyatakan bahwa Al-Quran adalah syair Muhammad yang dibuat-buat. Allah menantang kaum kafir tersebut untuk membuat contoh satu surat saja yang dapat menandingi kehebatan Al-Quran. Dan sampai detik ini tak satupun manusia yang dapat melakukannya. Dari sinilah terbukti secara jelas bahwa ayat suci Al-Quran merupakan firman Allah.
H. Hukum Islam dalam ayat Al-Qur’an
Hukum yang termuat dalam ayat suci Al Qur’an di antaranya ada hukum perkawinan, hukum waris, hukum perjanjian atau muamalah, hukum pidana, hukum disiplin, hukum perang dan hukum antar bangsa.
Sebagai mukjizat, Allah buktikan dengan adanya ayat yang menerangkan kisah Nabi Musa As., yang diberi kekuatan membelah lautan dengan hentakan tongkat kayunya (QS Asy Syu’araa: 45, 63-66), kemudian mukjizat yang diberikan kepada Nabi Isa as., yang dapat menghidupkan orang yang telah mati (QS Ali ’Imran: 49).
Sedangkan mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW, di antaranya perjalanan Isra’ Mi’raj dalam waktu satu malam
(QS Al Israa’: 1),
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Serta diturunkannya Al Qur’an
Al Qur’an (QS Al Hijr: 9).
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya..”
Sebagai pedoman hidup, sudah tentu Al Qur’an wajib dibaca bagi umat Islam sedunia. Membaca ayat suci Al Qur’an tidak sama dengan kita membaca buku. Ada beberapa aturan yang harus kita perhatikan. Jika kita membaca dengan tidak benar, akan membuat orang yang mendengarnya tidak mendapat pahala.
Karena hukum membaca dan mendengar Al Qur’an sama, yakni mendapatkan pahala. Sehingga bagi yang sedang membaca atau mengaji Al Qur’an sebaiknya membaca sesuai dengan aturan tajwid atau tanda baca yang ditetapkan Allah dan rasul-Nya untuk membaca Al Qur’an.
I. Keajaiban Makhluk Ciptaan Allah dalam Ayat Suci Al Qur’an
Memikirkan hal-hal yang diciptakan oleh Allah Swt, merupakan perbuatan yang sangat penting dan sangat dianjurkan. Di dalam ayat suci Al Qur’an, Allah Swt berfirman:
“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi mereka yang berfikir” (QS. An-Nahl: 11)
Allah Swt tidak menyukai orang-orang yang tidak memanfaatkan potensi akalnya untuk merenungkan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya, serta tidak mengambil hikmah dari segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya. Allah Swt telah berfirman:
“Berapa banyak tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di langit dan di bumi yang berlalu begitu sja. Yang demikian itu karena mereka tidak mempedulikannya” (QS. Yusuf: 105).
“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dengan siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi siapa saja yang mempunyai akal (dan berfikir). Yaitu orang-orang yang selalu mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, atau dalam keadaan tidur. Dan mereka merenungkan kejadian di langit dan di bumi” (QS. Ali Imran: 190-191).
J. Jaminan Masuk Surga dalam Ayat Suci Al-Qur’an
Allah Swt menyediakan surga yang penuh kenikmatan bagi setiap hamba yang taat kepada-Nya. Kenikmatan surga merupakan kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata dan belum pernah terbersit dalam benak manusia. Penghuni surga akan merasakan berbagai kenikmatan di dalamnya. Apa yang diinginkan dan diangankan olehnya, niscaya akan mereka peroleh.
Sebaik-baik tempat kembali di akhirat adalah surga. Inilah tempat orang-orang yang beriman dan selalu beramal shaleh semasa hidupnya. Tempat yang tidak tergambarkan oleh pikiran manusia. Sekalipun manusia bisa menggambarkan surga dengan bahasa yang indah dan sastra yang tinggi, namun itu tidak akan dapat mengungkapkan kenikmatan tersebut.
Surga penuh kenikmatan ini diciptakan Allah Swt sebagai ganjaran atas jerih payah hamba-Nya yang bertakwa. Allah Swt berfirman:
“Dan orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal shaleh, sesungguhnya akan kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam surga. Yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang yang beramal” (QS Al-Ankabut: 58).
Orang yang pantas mendambakan surga adalah orang yang benar-benar beriman kepada Allah Swt dan banyak beramal shaleh. Tentunya tidak cukup dengan amalan wajib semata, tetapi juga harus ditambah amalan-amalan sunnah lainnya.
K. Aturan Baca Al-Qur’an
Membaca ayat-ayat Al-Qur’an itu ada aturannya. Hal ini dikarenakan arti yang salah jikia kita tidak membacanya sesuai dengan aturan yang ditentukan. Salah satu aturan membaca ayat Al-Qur’an itu harus sesuai tajwidnya. Membaca Al Qur;an juga harus dalam keadaan suci. Ketika membaca ayat Al-Qur’an kita juga harus memperhatikan aspek adab membaca Al-Qur’an yang baik, di antaranya sebagai berikut.
· Disunnatkan membaca ayat Al-Qur’an sesudah berwudhu atau dalam keadaan suci dan bersih. Lalu, mengambil Al-Qur’an hendaknya menggunakan tangan kanan dan sebaiknya memeganggnya dengan kedua belah tangan.
· Disunnatkan membaca ayat Al-Qur’an di tempat yang bersih, yang jauh dari najis. Lebih diutamakan membaca di masjid.
· Disunnatkan membaca ayat Al-Qur’an dengan menghadap kiblat, membacanya dengan khusyu dan tenang.
· Mengenakan pakaian yang pantas. Untuk wanita mengenakan jilbab dan bagi laki-laki mengenakan sarung.
· Ketika membaca ayat Al-Qur’an, mulut hendaknya bersih, tidak sedang makan, minum, dan sebaiknya sebelum membaca ayat Al-Qur’an mulut dan gigi kita bersihkan terlebih dahulu.
· Sebelum membaca ayat Al-Qur’an disunnatkan membaca ta’awwudz, yang berbunyi, “a’udzubillahi minasy syaithanirrajim”, dan diakhiri dengan bacaan “shadaqallahul azim”.
· Membaca ayat Al-Qur’an dengan tartil, yaitu membaca dengan tenang dan pelan-pelan dengan suara yang bagus lagi merdu.
Membaca ayat Al-Qur’an dengan khusyu’ , karena sentuhan dari ayat suci Al-Qur’an yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan perasaan kita. Membaca Al-Qur’an sesuai dengan aturannya tidak akan terjebak dalam tafsir yang salah. Jadi, jika Anda belum bisa membaca sesuai dengan aturan wajib dan sunnahnya, sebaiknya belajarlah dari sekarang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Al-Qur'an diturunkan oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi semesta alam. Sebagaimana Rasulullah yang kepadanya diturunkan Al-Qur'an adalah rahmat bagi semesta alam.
- Kitab Allāh (Arab: كتاب الله, Kitabullāh) adalah catatan-catatan yang difirmankan oleh Allah kepada para nabi dan rasul. Umat Islam diwajibkan meyakininya, karena mempercayai kitab-kitab selain Al Qur'an sesuai dengan salah satu Rukun Iman. Jumlah kitab yang telah diturunkan sebanyak 104 kitab suci.
- Al-Qur`an merupakan kumpulan firman yang diberikan Allah sebagai satu kesatuan kitab sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat muslim. Menurut syariat Islam, kitab ini dinyatakan sebagai kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, selalu terjaga dari kesalahan, dan merupakan tuntunan membentuk ketaqwaan manusia.
- Membaca Al-Qur'an memiliki keutamaan pahala yang cukup besar, ayat suci Al-Quran juga memberikan faedah dan manfaat secara fisik dan ruhiyah bagi yang membacanya.
- Ayat suci Al-Qur'an adalah perkataan Allah Swt, bukan sebuah syair ataupun ungkapan para pujangga. Isi dan kemurniannya terjaga sepanjang zaman. Kitab suci Al-Qur'an merupakan panduan hidup seluruh ummat manusia
- Keistimewaan Ayat Suci Al-Qur'an
- Mudah Dihapal.
- Indah dan Menyejukkan.
- Tidak Bisa Ditiru.
B. SARAN
Dalam Pembahasan materi di atas mengenai penciptaan ayat suci alquran mngkin masih banyak kekurangan, baik di segi penulisan ataupun di dari penyusunan kalimat dan kata-katamya,oleh sebap itu penulis minta maaf sebesar-besarnya kepada dosen dan mahasiswa semua, terimakasih