Makalah Pengembangan Aliran-Aliran Tipologi Lengkap
Selasa, 11 September 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT.,atas limpahan karunia dan hidayahnya. Shalawat dan salam pula dihaturkan kepada Rasulullah SAW., manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh perbuatannya adalah kebaikan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat waktu.
Rasa terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Ruslan, S.Pd., M.Ed, sebagai Dosen Pembimbing mata kuliah Psikologi Kepribadian yang telah membimbing penulis menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulis membuat makalah yang berjudul “Makalah Pengembangan Aliran-Airan Tipologi” ini berdasarkan tugas yang telah diberikan oleh dosen pembimbing.
Dalam penulisannya terdapat banyak sekali kesalahan dan kekurangan. Penulis juga mengalami kendala-kendala yang sedikit menghambat proses penulisan. Karenanya, penulis menerima kritik dan saran untuk perbaikan pembuatan makalah-makalah berikutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah
sifat uang biasa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Berbagai penelitian
awal mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya untuk
mengidentifikasi dan menamai karakteristik permanen yang menjelaskan perilaku
individu. karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seseorang adalah malu,
agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut. Karakteristik-karakteristik
tersebut ditunjukkan dalam berbagai situasi disebut sifat-sifat kepribadian.
Perkembangan kepribadian seseorang dimulai dari masa
remaja dengan ciri-ciri aktualisasinya dengan kematangan individu itu sendiri
dan motivasi memang sudah dibawa pada masa kanak-kanak semata-mata kepribadian
itu belum dimiliki. Faktor sikap, bakat, kecakapan, minat, dan perasaan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kepriadian seseorang. Juga kebutuhan dan
motivasi serta tujuan seseorang berperilaku sangat menentukan kepribadian
seseorang. Demikian pula dengan persepsi sesorang. Faktor ekstrinsik atau
faktor yang datangnya dari luar seperti sosialisasi, faktor budaya, nilai,
ideologi, politik dan sebagainya akan pula berpengaruh terhadap kepribadian.
1.2. RumusanMasalah
1. Apa saja tipe-tipe psikologi kepribadian seseorang ?
2. Jelaskan definisi tipologi yang berdasarkan temperamen?
3. Jelaskan definisi tipologi menurut G.eward ?
4. Bagaimana penjelasan tipologi menurut kant dan
neokantinisme ?
1.3. Tujuan Penulisan:
1. Untuk mengetahui dan memahami pengembangan
aliran-aliran tipologi .
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian tipologi
dalam bentuk temperamen.
3. Untuk mengetahui dan memahami macam-macam tipologi
kepribadian.
4. Untuk mengetahui arti teori kant dan neokantinisme.
1.4. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman mahasiswa terhadap Tipologi Kepribadian.
2. Manfaat bagi penulis sendiri selain untuk meningkatkan
pemahaman penulis sekaligus juga sebagai salah satu syarat penilaian pada mata
kuliah Teori Kepribadian.
BAB II
PAMBAHASAN
2.1. Pengembangan Aliran –Aliran Tipologi
Dalam perkembangan psikologi
kepribadian setelah memasuki era baru ilmu pengetahuan khususnya lapangan
kehidupan sosial-politik, psikologi kepribadian makin memegang peranan penting
sebagai inti dalam penerjemahan sikap manusia baik secara individu maupun
kelompok. pada dasarnya, pengembangan ilmu jiwa adalah pengembangan dari
filsafat yang terus menerus mencari
jalan dan identitas kebenaran secara objektif melalui penelitian dan
pengembangan teori, serta hipotesis teori ilmu pengetahuan. Beberapa tokoh yang
di kategorikan pelopor ilmu pengetahuan, khusunya ilmu jiwa kepribadian yang
akan dikemukakan, antara lain:
a.
Tipologi dari Kant dan Neo Kantianisme
b.
Tipologi dari TH.
Enselhanz
c.
Tipologi dari Ludwing
Klages
d.
Tipologi dari E. Meumann,
dan
e.
Tipologi dari G. Ewarld
2.2. Tipologi Kant Dan Neo Kantianisme
1.Tipologi Kant
Immanuel kant membawa pada perenungan tentang perkembangan
kejiwaan manusia. Aspek psikologis tidak dapat dipisahkan dari aspek jasmaniah
yang terikat menjadi satu kesatuan dalam pribadi seseorang. Kant terlebih
dahulu membagi dua pengertian dari satu
subtansi antropologi manusia sebagai berikut.
-
Watak/karakter dipandang
sebagai suatu yang normatif. Watak/karakter potensi kejiwaan atau sebagai
kualitas yang dapat membedakan individu dengan individu lainnya.
-
Temperamen dianggap
sebagai potensi kejiwaan yang dipengaruhi oleh aspek fisiologis. Aspek
fsiologis adalah aspek yang paling memegang peranan penting dalam memberikan
reaksi dan merespons suatu ransangan dari luar yang dialami oleh seseorang.
Kant berpendapat bahwa temperamen dianggap sebagai tidak
kepekaan seseorang terhadap stimulun dari luar dirinya, yang mempengaruhi
dirinya dalam arti psikis atau fsiologis. Sementara itu karakter ditempatkannya
sebagai cara berpikir dan bertindak seseorang dalam menyesuaikan diri.
Temperamen mengandung dua aspek yang saling memengaruhi dalam satu situasi yang
bersamaan sebagai berikut.
-
Aspek fsiologis tentang
konstitusi tubuh termasuk sruktur fungsi dan organ tubuh. Temperamen adalah
kemampuan atau kualitas sifat yang dibawa sejak lahir. Kualiatas sifat ini
biasa juga disebuat perangai,tabiat, atau watak yang berkaitan dengan
norma-norma hidup. Biasa yang mudah berperasaan tergugah atau marah disebut
temperamental.
-
Aspek psikologis yaitu
kecenderungan aktivitas kejiwaan oleh komposisi dan keseimbangan cairan darah
dalam tubuh. Artinya seseorang yang terganggunya fungsi hati atau empedunya
akan menjadi satu indikasi atau faktor penyebab berubahnya perasaan, emosi,
kehendak, kemauan, keinginan, berlanjut gangguan perasaan. Dari uraian diatas
disimpulkan bahwa aspek psikologi seluruh pendapat ahli, temperamen itu
dibedakan menjadi dua macam, yaitu rangkuman dari pendapat para tokoh kantianis
dan para psikologi era milenium ketiga antara lain:
a.
Temperamen didominasi dan
diwarnai oleh perasaan yang menunjukan dua tipe, yakni sanguinis dan
melankolis.
b.
Temperamen yang diwarnai
oleh aktivitas kegiatan apa saja dan menunjukan pula dua tipe, yakni koleris dan plegmatis.
Immanuel Kant (Sumadi,
2001) memberikan gambaran mengenai kepribadian sebagai berikut:
- Tipe
sanguin: memiliki banyak kekuatan, semangat, dan dapat membuat
lingkungannya gembira atau senang.
- Tipe
plegmatis: pribadi yang cenderung tenang, dapat menguasi dirinya dengan
baik, dan mampu melihat permasalahan secara baik dan mendalam.
- Tipe
melankolik: pribadi yang mengedepankan perasaan, peka, sensitif terhadap
keadaan dan mudah dikuasai oleh mood.
- Tipe
kolerik: pribadi yang cenderung berorientasi pada tugas, disiplin dalam
bekerja, setia dan bertanggung jawab.
- Tipe
asertif: pribadi yang mampu menyatakan ide, pendapat, gagasan secara
tegas, kritis, tetapi perasaannya halus sehingga tidak menyakiti perasaan
orang lain.
a.
Temperamen sanguinis
(orang dengan darah ringan )
Temperamen ini ditandai oleh sifat yang mudah dan kuat
menerima kesan (pengaruh kejiwaan), tetapi yang tidak mendalam dan tidak tahan
lama. Adapun sifat-sifat khas golongan ini adalah :
-
suasana perasaannya selalu
penuh harapan, segala sesuatu pada suatu waktu dipandangnya penting, tetapi
sebentar kemudian tidak dipikirkannya lagi, sering menjanjikan sesuatu tetapi
jarang menepatinya, karena apa yang dijanjikanya itu tidak diperkirakannya
secara mendalam apakah dia dapat memenuhinya atau tidak.
-
Dengan senang menolong
orang lain, tetapi tidak dapat dipakai sebagai sandaran.
-
Dalam pergaulan peramah
dan periang.
-
Umumnya bukan penakut,
tetapi kalau bersalah sukar bertaubat, dia menyesal, tetapi sesal itu lekas
lenyap.
-
Mengenai soal-soal
“zekelijk” lekas bosan, tetapi mengenai soal permainan atau hiburan tidak
jemu-jemunya.
b.
Temperamen melancholis
(orang dengan darah berat)
Suasana batinnya gampang tertekan, percaya dirinya rendah,
dan selalu menunda pekerjaan. Sifat-sifat khas temperamen ini adalah :
-
Semua hal yang
bersangkutan dengan dirinya dipandangnya penting dan selalu disertai dengan
syakwasangka atau bimbang.
-
Perhatiannya terutama
tertuju kepada segi kesukaran-kesukarannya.
-
Tidak mudah membuat
janji, karena dia berusaha akan selalu menepati janji yang telah dibuatnya,
tetapi hal ini dilakukannya tidak atas dasar pertimbangan moral melainkan
karena kalau tidak menepati janji itu sangat merisaukan jiwanya, hal ini juga
menyebabkan dia kurang percaya dan tidak mudah menerima keramah-tamahan
orang lain.
-
Suasana perasaannya
umumnya juga bertentangan dengan suasana perasaan sanguinicus, hal ini
menyebabkan mengurangi kepuasan akan keadaanya dan kurang dapat melihat
kesenangan orang lain.
c.
Temperamen choleris
(orang dengan darah panas )
Ia seorang dinamis, mudah berkomunikasi dengan orang lain,
terbuka, seorang pemimpin, selalu mau unggul, menguasai, mampu berkopetensi
secara intesif, dan agresif. Akan tetapi orang seperti ini sukar menerima saran
orang lain. Sifat khas golongan temperamen ini adalah :
-
Lekas kebakar tetapi juga
lekas padam atau tenang, tampa membenci.
-
tindak –tindakkanya
cepat, tetapi tidak constant.
-
Selalu sibuk, tetapi
dalam kesibukannya itu dia lebih suka
memerintah dari pada mengerjakannya sendiri.
-
Nafsunya yang terutama
ialah mengerjakan kehormatan, suka sibuk dimata orang banyak dan suka dipuji
secara terang-terangan.
-
Suka pada sikap semu dan
formal.
-
Suka bermurah hati dan
melindungi, tetapi hal yang dilakukannya bukan karena dia sayang kepada orang
lain, melainkan karena sayang kepada diri sendiri, sebab dengan berbuat
demikian itu dia akan mendapatkan penghargaan.
-
Dalam berpakaian
selalu cermat dan rapi, karena dengan demikian itu dia Nampak lebih cendekia
dari pada yang sebenarnya.
d.
Temperamen phlegmatic
(orang dengan darah dingin)
Phlema berarti ketidak lembaman, jadi berarti
tidak malas. Phlema
sebagai kelemahan ialah kecenderungan kearah ketidakpekaan, alasan yang kuat
tidak cukup meransangnya untuk bertindak, ketidakpekaan ini menyebabkan adanya
kecenderungan kearah kejemukan dan mengantuk. Sifat
khas golongan temperamen ini ialah :
-
Lambat menjadi panas,
tetapi panasnya itu tahan lama.
-
Tidak mudah marah.
-
Darah yang dingin itu tak
pernah dirisaukannya.
-
Cocok untuk tugas-tugas
ilmiah.
Dengan sengaja pencandraan
kant ini dikemukan dengan agak mendetail, karena pencandraan ini nanti teryata
besar pengaruhnya terhadap ahli-ahli yang lebih kemudian. Dalam pada itu masih
ada satu hal lagi yang perlu dikemukakan, yaitu masalah temperamen campuran.
Menurut kant temperamen campuran itu tidak ada, karena :
-
Temperamen-temperamen
yang bertentangan tak mungkin berkombinasi, jadi tak akan ada
kombinasi antara melacholis dan sanguinis, ataupun antara choleris dengan
phlegmatic.
-
Kombinasi-kombinasi yang
lain, seperti kombinasi antara sanguinis dan choleris, ataupun melacholis
dengan phlegmatis akan saling menetralkan, jadi tak mungkin ada.
2. Tipologi Neo-
Kantianisme
Salah seorang neo- kantianis yang terkenal adalah
enselhans. Karyanya dalam lapangan psikologi kepribadian adalah: character bildung
(1908). Berbeda dari kant, dia membatasi temperamen pada segi perasaan saja,
sebab dia berpendapat memang hanya itulah yang ada, apa yang disebut oleh kant
temperamen kegiatan itu menurut dia pada hakikatnya adalah konstitusi afektif
yang menentukan kegiatan dalam hubungan dengan kehidupan kemauan. Kepribadian
orang Nampak dari tindakan-tindakannya dan tindakan itu selalu tindakan
kemauan, sedang kemauan itu adalah penjelmaan dari pada temperamen.
Adapun temperamen itu tergantung kepada dua hal pokok,
yaitu:
a.
Kepekaan kehidupan
afektif, yaitu mendalam dan tidaknya pengaruh perangsang.
b.
Bentuk kejadian afektif,
dan ini tergantung kepada dua hal lagi yaitu:
-
Mobilitas perasaan, dan,
-
Kekuatan perasaan.
Kedua hal di atas itu, yaitu kepekaan kehidupan
afektif dan bentuk kejadian afektif, menimbulkan kekuatan penggerak dari pada
perasaan, dan selanjutnya ini merupakan implus bagi motif kemauan.
2.3.Tipologi Th. Enselhanz
TH. Enselhanz menyimpulkan bahwa pendapat Kant merupakan
dasar dari psikologi kepribadian yang dikelompokkan dalam character building. yang tulisannya diterbitkan pada tahun
1908. Ia merupakan "pelopor Neo Kantianisme. Pendapat Enselhanz ini
membatasi unsur-unsur kepribadian, yang konstitusi efektifnya menentukan kegiatan
dalam "kehidupan Kepribadian atau karakter seseorang hanya-tampak dari
tindakan-tindaknya. Tindakan-tindakan itu selalu didorong oleh kemauan,
sedangkah kemauan merupakan penjelmaan dari temperamen, yang dapat
diilustrasikan berikut ini. "
Gambar di atas menunjukkan bahwa dari kemauan diiringi
dengan tindakan menggambarkan kadar temperamen seseorang. Temperamen ini
tergantung pada dua unsur pokok sebagai berikut.
1. Sejauh mana kualitas rangsangan yang diterima seseorang, yang melahirkan kepekaan kehidupan afektif.
2. Terbentuk dan munculnya afektif
seseorang tergantung pada dua hal, yakni mobilitas atau kadar gerak daripada perasaan, serta intensitas dan kekuatan perasaan.
Kedua unsur di atas menimbulkan kekuatan penggerak perasaan sese orang, yang selanjutnya menjadi impuls
bagi motif kemauan. Dari gabungan pendapat psikologi terdahulu mulai Kretschmer hingga
Immanuel Kant, Enselhanz menggolongkan manusia ke dalam empat tipe. Dari empat
tipe itu terbagi dua lagi, setiap tipe Enselhanz mendapatkan pembagian golongan
ini menjadi delapan, dengan dasar pertimbangan atas pengaruh cairan dalam tubuh
yang memengaruhi temperamen yang didahului oleh bentuk kejadian afektif,
seperti yang diuraikan bagian uraian Enselhanz. Pembagian golongan tipe ini
juga dipengaruhi oleh beberapa variasi berbagai hal yang merupakan unsur-unsur
temperamen.
Tabel Penggolongan Time Menurut Enselhanz
Temperamen
|
Kepekaan kehidupan -afektif
|
Afektif
Mobilitas
|
Bentuk
kejadian
|
Kekuatan penggerak
dan perasaan
|
Sifat khas/ golongan
|
Sanguinis
|
Tak mendalam
|
Berganti-ganti
|
Lemah
|
a. Kuat
b. Lemah
|
• Orang giat yang lincah
• Orang yang murung
|
Melankolis
|
Mendalam
|
Tetap
|
Kuat
|
a. Kuat
b. Lemah
|
• Orang giat yang penuh
cita-cita
• Orang murung yang
pelamun
|
Koleris
|
Tidak l Mendalam
|
Berganti-ganti
|
Kuat
|
a. Kuat
b. Lemah
|
• Orang yang kemauannya
hebat
• Orang yang bersikap
masa bodoh
|
Plegmatis
|
Tetap
|
Lemah
|
a. Kuat
b. Lemah
|
• Orang yang berdarah
dingin, pemikir dan kritis
• Orang yang bersikap
masa bodoh
|
Menurut Enselhanz, ada dua aspek watak/karakter, yaitu
a. Aspek formal yang mencakup sifat
konsekuen, menggambarkan keseragaman tindakan-tindakan, berkemauan kuat, ulet,
dan kebebasan yang merupakan kualitas kemauan.
b. Aspek materil, berupa arah daripada
kemauan tindakan apakah baik atau buruk.
2.4. Tipologi Ludwig Klages
Klages Merupakan tokoh filsafat dan
psikologi yang menyatakan bahwa psikologi kepribadian merupakan cabang dari
psikologi secara umum. Ia menjadi psikologi kepribadian sebagai
inti dari filsafat kemanusian.
Memang harus diakui bahwa ilmu pengetahuan dikembangkan oleh negara negara Eropa pada zamannya, bersamaan
dengan pendudukan daerah-daerah jajahannya sehingga kawasan
jajahan hanya mengenal pelopor ilmu pengetahuan selain listrik dan mesin-mesin baik seienet maupun ilmu pasti. Sesungguhnya, sebagian besar
ilmu-ilmu terapan ditemukan dan dikembangkan oleh bangsa-bangsa Asia,
khususnya Asia dan Asia Timur bagian tengah.
Pada dasarnya, pemikirannya tidak terlalu jauh perbedaannya
dengan pendapat ahli terdahulu, di mana sebagian ahli menentukan kelompok kepribadian melalui pendekatan pensifatan. Salah satu cara pendekatan yang tidak
disetujui oleh Klages adalah penentuan corak kepribadian seseorang melalui pendekatan tipologis, khususnya berdasarkan pembagian Kretschmer.
Klages berpendapat bahwa bentuk tubuh tidak dapat sepenuhnya mewakili pensifatan seseorang
baik secara individu maupun sosial.
Dengan dasar ini, Klages menyusun teorinya mendekati sifat-sifat, khususnya secara
menyeluruh untuk menentukan tipe kepribadian seseorang sebagai berikut.
1) Stoff (materi atau bahan).
2)
Structurc (struktur).
3)
Artung (kualitas sifat-sifat yang dimiliki seseorang).
1. Materi atau bahan yang merupakan salah
satu aspek dari kepribadian, berisi semua kemampuan (daya) pembawaan bersama,
dengan ciri-ciri keistimewaannya atau spesifikasi bawaan dari hereditasnya.
Jasad materi ini merupakan unsur pertama yang secara kodrati digunakan dan
dikembangkan oleh manusia. Menurut Klages, ingatan dan daya mengenang kembali
secara prosedur berbeda. Ingatan merupakan suatu kenyataan vital, daya untuk
mengingat kembali kesan-kesan, dan membandingkan kesan yang lama dengan yang
baru.4 Maksudnya, potensi kejiwaaan yang dapat menampung
pengalaman-pengalaman yang tersimpan sebagai bagian dari kualitas mengingat
kembali pengalaman-pengalaman yang tersimpan itu. Ingatan ini berfungsi tanpa
disadari. Tanpa ingatan kita tidak dapat mengenal kembali sesuatu, sama dengan
tidak dapat berbuat dan bertindak untuk kebutuhan pribadi. Berarti, tanpa
ingatan, kita tak dapat mengenal perubahan-perubahan, serta berbuat sebagai
harapan-harapan hidup, tidak akan dapat membedakan mana yang benar dan salah,
tidak akan mengenal perbedaan waktu. Seseorang juga tak dapat berangan-angan
tanpa ingatan. Dengan ingatan manusia dapat mengingat kembali (recognition); mempunyai kebiasaan tingkah laku;
mempunyai harapan-harapan akan kesan-kesan yang diterimanya, dan mengenang
kesan-kesan yang keliru sebagai akibat dari jarak waktu dan berfantasi. Ingatan
itu sendiri memiliki spesifikasi secara kualitas dalam jiwa manusia sebagai
bentuk sifat ingatan itu, yakni tajam/kuat, dalam, dan setia. Daya mengenang
kembali, kemampuan kejiwaan mereproduksi kembali tanggapan-tanggapan lama
untuk menyesuaikan tanggapan-tanggapan baru. Salah satu bentuk kesetiaan
ingatan dari seseorang ialah mampu mengangkat kembali pengalaman-pengalaman
yang lalu, berdasarkan kenyataan yang dihadapi saat sekarang. Ingatan dan
mengenang kembali adalah dua hal yang ada pada seseorang, tetapi belum tentu
mempunyai korelasi positif. Kenyataan sehari-hari dapat kita lihat individu
yang mempunyai ingatan yang kuat sekali, tapi apa yang ada dalam ingatannya itu
sukar sekali untuk ditimbulkan (direproduksi) dalam alam kesadarannya. Namun, banyak juga individu yang ingatannya tidak kuat,
dan tidak dapat menyimpan kesan kesan dengan baik, tetapi apa yang ada dalam ingatannya itu dengan mudah dapat direproduksi kembali dalam alam
kesadaran. Ingatan kuat berarti kekuatan untuk mereproduksi keseimbangan.
Dengan adanya kedua jenis kenangan yang berbeda kekuatan dan
ketajamannya sehingga dapat diterka corak kepribadian seseorang. Seseorang yang
memperoleh kenangan dengan efek memberi nuansa perjuangan yang berat, akan
melahirkan corak kepribadian koleris yang kuat, ekstrovert. Begitu juga dalam bidang pekerjaan yang
ditekuni berorientasi pada target, yang selalu menekankan pada hasil dan ia
dapat berkembang dengan saingan dari luar. Hubungan sosial orang yang demikian,
sedikit banyak menyukai orang bila ia bisa memperalat, dan biasanya orang
seperti ini tidak perlu orang yang setara dengannya, karena ia memang selalu
ingin menguasai. Ia harus selalu benar dari pendapat orang lain. Ia mau
memimpin, tetapi tidak dapat menjadi manajer yang baik, selalu unggul dalam
keadaan darurat di satu organisasi.
Dengan demikian, menjadi kesan baru yang oleh Klages dapat
lahir sebagai kuantitas, kualitas, dinamika, dan kapasitas tanggapan-tanggapan
baru. Tanggapan-tanggapan baru inilah yang merangsang untuk berkemauan, dan
bertindak yang memberi warna tipe kepribadiannya. Oleh karena itu, Klages
membedakan antara kuantitas tanggapan, kualitas tanggapan, dinamika tanggapan,
dan kapasitas tanggapan sebagai berikut.
1. Kuantitas Tanggapan
Kuantitas tanggapan adalah jumlah respons yang dinyatakan
keluar atau diekspresikan keluar oleh seseorang. Orang yang seperti ini bisa
dilihat saat berbicara, yang seolah-olah menguasai seluruh persoalan dalam hal
berbicara. Setiap yang diucapkan seakan-akan dikeluarkan dari gudang
perbendaharaan tanggapannya. Namun, terkadang kita mendengar ucapan yang tidak
sesuai atau ucapannya tidak berisi. Artinya, penuh atau kosongnya kaya atau
miskinnya tanggapan seseorang menentukan tipe/corak kepribadian seseorang.
Meskipun demikian, jumlah banyaknya tanggapan belum tentu dapat memberi atau
menunjukkan corak kepribadian seseorang karena masih banyak faktor dan unsur
lain yang ikut menentukan tipologi dan corak kepribadian seseorang. Satu
catatan, pemakaian kata corak di sini menunjukkan kepribadian seseorang tidak
dimonopoli satu potensi, baik potensi (pengaruh) dari luar maupun bawaan atau dari dalam. Artinya, makin banyak tanggapan atau
pengalaman dalam pergaulan dan penyesuaian diri dengan lingkungan, dapat memberi
sumbangan besar dan memperkuat daya
kombinasi, serta potensi
kejiwaan lainnya, seperti daya improvisasi, fantasi, intuisi, dan kreasi yang menentukan kualitas ekspresi diri dalam menyatakan pendapat dan menyusun
hipotesis sebagal gambaran ke-dirian seseorang. Kepekaan kesan-kesan
dan pengalaman melalui indra penglihatan dan pendengaran, khususnya bagi orang yang bertipe visual dan auditif, merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari kepekaan dan ketajaman tanggapan untuk mereproduksi segala
pengalaman-pengalaman yang memberi sifat kepribadian seseorang.
2. Kualitas Tanggapan
Kualitas tanggapan adalah adanya appresepsi yang saling berhadapan dan
bertentangan, atau perbedaan-perbedaan antara tangggapan/appresepsi yang satu dengan tanggapan lain.
Misalnya, presepsi yang satu sifatnya pasif, sedangkan yang satunya berhadapan
dengan presepsi aktif. Istilah Klages, adanya perbedaan-perbedaan antara
kualitas hangat dan kualitas dingin, sensualis dengan spiritual, lahiriah dan
batiniah. Kualitas ini menampakkan appresepsi yang berlawanan, misalnya ada orang yang stabil mempunyai
ingatan yang segar, sebaliknya ada juga orang yang appresepsi-nya. atau ingatannya tenggelam dan berwajah
muram dan beku. Hal ini ditentukan oleh kuantitas dan kualitas tanggapan yang
telah diterima dan mampu direproduksi kembali untuk menyatakan sikap diri atau
keakuan seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari, dapat dilihat pengaruh
tanggapan dalam bentuk yang ekstrim, yakni orang yang sensualis8
yang cara berpikirnya konkret dan pragmatis. Sementara itu, lawannya ialah
orang yang spiritual cara berpikirnya abstrak dan idealis. Perbedaaan yang
seperti ini, umumnya ada antara golongan yang muda dengan golongan tua.
Golongan muda kerap dikuasai hal-hal yang idealis, sekalipun tidak dapat
direalisasikan sehingga timbul apa yang disebut fantasi-fantasi, dan pada taraf
yang ekstrim dapat terserang delusi dan halusinasi. Sebaliknya, golongan tua
sudah berpikir arif dan bijaksana, umumnya mereka lebih banyak bersikap dingin
pada hal-hal yang bersifat materi dan lahiriah.
3. Dinamika Tangggapan
Dinamika tanggapan adalah sejauh mana tanggapan setia berada
pada seseorang menjadi dasar renungan dan bersikap, atau sebaliknya setiap
tanggapannya lebih cepat berlalu. Orang yang setia tanggapannya lebih banyak
terpengaruh dengan pengalaman-pengalaman dalam bertindak, begitu pun sebaliknya.
Menurut tipologi Heymans, orang yang letia tanggapannya dan cepat menghilang pengalaman-pengalaman yang baru saja terjadi dinamai orang berfungsi
primer dan berfungsi sekunder. Oleh karena itu, dinamika tanggapan menjadi salah satu aspek yang menimbulkan perbedaan-perbedaan dalam tanggapan.
Seseorang yang tidak pernah tetap pada sesuatu tanggapan pilihan atau pendirian (idet 'envluncht) dapai dikategorikan orang yang abnormal sekalipun
kelihatannya sehat berpikir.
4. Kapasitas Tanggapan
Setiap orang yang menerima kesan dari luar maka yang berperan
mengadakan seleksi dan penerimaan adalah kemampuan
jiwa yang menstrukturis. isi pengalaman-pengalaman, dan menyimpannya dalam alam
batin baik ada yang disadari maupun ada yang tidak disadari. Hal yang mengadakan seleksi, berpikir, mengalami, merasai, menghendaki, disebut das ich, artinya pusat alam jiwa yang disadari1" disebut das bewuzte, sedangkan alam jiwa yang tidak disadari
disebut das unbewuszte, yang sebagian besar alam tak sadar memenuhi jiwa seseorang dalam kesehariannya. Hampir semua kesan kesan yang diperoleh dari luar
tersimpan dalam alam tak sadar, atau disebut pedalaman jiwa. Sebaliknya, pengalaman yang sangat berkesan
dapai tersimpan lama dalam alam kesadaran. Klages berpendapat bahwa kesadaran dapat digambarkan sebagai dua medan,
yakni bagian dalam jiwa seperti daerah ketidaksadaran dan bagian luar yang
berhubungan langsung dengan pancaindra, yaitu daerah kesadaran.
Sementara itu, Klages dalam bukunya, yang penulis kutip
dengan terjemahan bebas, menyatakan bahwa ketika seseorang menerima stimulus
atau kesan baru diterima masuk dalam alam batin jika kesan itu diterima,
dikembangkan, dan diinterpretasikan sesuai keinginan dan kemauan seseorang maka
ia akan mampu menyesuaikan diri. Seseorang dapat mengantisipasi segala hal-hal
yang bertentangan dengan batinnya. Makin besar kesan dan pengalaman seseorang,
makin kaya dalam tanggapan tanggapan atau pengetahuan yang menuntun kesadaran.
Selanjutnya, setiap kesan baru diserap oleh alam batin, dan bila batin manusia
berkembang dengan baik, ia akan merupakan medan atau wilayah seleksi stimulus
dari luar. Ada orang yang sangat peka dalam menerima kesan secara mendalam dan
alam batin sebagai pemeran utama. Sebaliknya, ada orang yang menerima
kesan-kesan itu dari luar dihayati sambil lalu saja, tidak mendalam. Oleh
Klages golongan yang pertama, yakni yang mendalam menempatkan pada alam
batinnya disebut golongan introspektif, oleh Jung disebut golongan yang bertipe introvert. Sedangkan golongan kedua yang menerima
kesan dari luar dianggap kesan seadanya dan tidak mendalam penerimaan batinnya,
disebut ekstrospektif. Artinya, dunia luar yang memegang
peranan memengaruhi penghayatan batin seseorang disebut juga ekstrovert.
Kemampuan dalam menghayati dan mereproduksi
tanggapan-tanggapan itu terbagi lima golongan manusia sebagai berikut.
a. Appresepsi yang Pasif-Aktif
Appresepsi yang pasif-aktif merupakan orang-orang yang kuat dan cepat
menerima kesan-kesan, tetapi lama sekali kecakapannya untuk mengolah
kesan-kesan itu sehingga sulit presepsi itu menjadi setia atau sulit menjadi
miliknya. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang seperti ini pasif terhadap
kesan-kesan yang diterimanya. Kesan yang diterima seolah-olah dianggap angin
lalu saja. Selain itu, ada juga orang-orang yang selain cakap dan kuat menerima
kesan-kesan, juga kemampuan appresepsi-nya. kuat sekali. Orang yang seperti ini disebut aktif. Seluruh
kesan-kesan yang diterimanya diolah dengan sempurna. Ia memiliki kecakapan
untuk menyeleksi dan menimbang dan menghubungkan seluruh kesan yang diterima,
dan menjadikan bahan appresepsi untuk dieksplorasi menjadi apresiasi batin dan tingkah laku.
Keaktifan seperti ini merupakan prasyarat disposisi dialektik dalam menilai dan
menentukan sesuatu.
b. Appresepsi yang Vital dan Spiritual
Appresepsi yang vital dan spritual merupakan orang yang tergolong hayati atau vitalistis, ia yang selalu
didorong oleh kebutuhan kebutuhan hidup vital. Segala sesuatu yang diterimanya
sebagai rangsangan atau kesan selalu, disandarkan pada keterhubungan dengan kebutuhan vang vital
Biasanya, kesan ini merupakan corak tertentu terhadap penerimaan kesan kesan
sekaligus merupakan isi dari appresepsinya terhadap sesuatu Appresepsinya selalu berkaitan dengan hal-hal yang pragmatis, dan dapai berguna bagi kebutuhannya sesuai jalan
pikirannya. Menurut Klages, Goct lu adalah orang yang bertipe ini, yang mementingkan kehayatan (vitality). Penghayatan dalam kehidupan adalah yang
primer, atau menjadi dasar hayati yang utama dalam kehidupan manusia. Orang
seperti ini selalu dalam posisi memilih dan memikirkan segala sesuatu yang berguna untuk hidup seseorang
Demikian pula sebaliknya, ada juga kelompok yang dikuasai oleh aktivitas
kerohaniannya. Kelompok seperti ini lebih mengutamakan pengertian pengertian
yang logis melalui perenungan. Mereka dapat kita jumpa pada seniman dan kaum
romantik. Klages menyatakan bahwa masing masing kedua kelompok yang telah
disebutkan, ada yang lebih menuntut logika berdasarkan perenungan, ada juga
yang lebih mementingkan kenyataan yang dihadapi atau apa yang dibutuhkan
sekarang. Pendapat ini pun menyandera kaum perempuan yang lebih banyak
memikirkan dan mementingkan kebutuhan pokok dalam kehidupan yang bersifat material
dan emosional, sedangkan kaum laki-laki digolongkan sebagai kelompok yang lebih
mementingkan objektivitas atas hasil pertimbangan akalnya. Umumnya, laki-laki
perhatian dan pertimbangannya lebih banyak tertuju pada hal-hal yang abstrak
mengenai pengertian berdasarkan pertimbangan mantik, logika, sedangkan
perempuan lebih tertuju pada hal-hal yang konkret, terutama pada kebutuhan
hidup yang praktis.
c. Appresepsi yang
Bersifat Subjektif dan Objektif
Orang yang mengolah rangsangan dari luar sangat dipengaruhi
dan dijiwai oleh kepentingan sendiri dinamai beappresepsi subjektif. Orang yang seperti ini,
hanya dapat memberi penilaian pada hal-hal yang bersifat materi dan mendukung
kepentingannya sendiri. Ia sebagai subjek pusat perhatian dan menjadi ukuran terpenring
dari aspek-aspek lainnya, dalam menanggapi sesuatu untuk diapresiasikan dalam
sikap laku atau bereaksi dari segala macam stimulus, termasuk penilaian
terhadap kebenaran dan kenyataan yang dihadapi.
Selain itu, ada juga orang atau kelompok yang menilai
sesuatu, semata-mata berdasarkan pertimbangan objektif. Dalam menilai suatu,
objek harus dilepaskan dari kepentingan subjek. Artinya, kenyataan yangdihadapi
adalah sesuatu yang berdiri sendiri tidak dapat dikaitkan dengan kepentingan si
subjek yang menilainya. Kenyataan itu merupakan kenyataan yang berdiri sendiri.
Hanya terkadang golongan ini ia dapat mengorbankan kepentingan dirinya sendiri,
untuk kepentingan pihak lain atau kepentingan umum. Segala sesuatu yang menjadi
kepentingan umum harus didahulukan dari kepentingan diri sendiri atau golongan.
Ekstrimitas dari golongan ini dapat saja mengorbankan dirinya, tetapi hal-hal
yang berkaitan dengan pemenuhan kepentingan orang banyak merupakan sesuatu yang
menjadi kepuasan batin tersendiri, yang tak dapat diukur dengan materi.
Ekstrimitas dari golongan subjektif lebih banyak memperoleh kesenangan sesuai
kebutuhan sendiri. Hal ini juga merupakan kebahagiaan tersendiri, sekalipun
mengorbankan orang banyak. Dalam dunia politik, orang yang seperti ini sangat
berbahaya bagi kehidupan bernegara dan berbangsa. Akan tetapi, ada juga
sekelompok kecil yang sanggup secara demonstratif mempertaruhkan kepentingan
orang banyak untuk mencapai kepentingan sendiri (subjektif). Tindakan awal
golongan ini pada kenyataannya selalu mendahulukan kepentingan dan pertimbangan
rasional dan kepentingan umum, tetapi di balik itu ia menyimpan suatu strategi
untuk mencapai kepentingannya sendiri, kalau perlu golongan ini mengorbankan
kepentingan umum.
d. Appresepsi yang Bersifat Pribadi dan
Tanggapan yang Berdasarkan Fakta
Tanggapan yang dimiliki oleh orang-orang yang bersifat
pribadi dan berdasarkan fakta hampir sama dengan tanggapan yang bersifat
subjektif dan objektif. Kalau diperhatikan sepintas, sifat tanggapan ini sulit
membedakan tanggapan pada nomor tiga karena adanya proses pada unsur diri di ngan berdasarkan fakta yang juga bersifat objektif. Hal yang menjadi titik perbedaan antara nomor c dan nomor d
apabila tanggapan itu berpangkal pada pribadi. Apabila orang yang memberi
respons tanggapan tertuju pada segi pribadinya itu bukan masalah.
Namun, arah tanggapan seseorang tertuju kepada masalah orang itu. Artinya,
bukan tertuju tanggapan kepada person orang dan lebih tertarik pada masalah-masalah orang yang ditanggapi, maka tanggapan itu dinamai tanggapan
berdasarkan fakta {factual}. Di dalam kepribadian yang lebih berpangkal pada masalah yang memengaruhi jiwa orang adalah perasaaan umum (general opinion) berupa perasaan kebenaran, keadilan,
dan kebersamaan. Kepribadian yang lebih berpangkal pada unsur pribadi
seseorang, lebih berpengaruh pada perasaan-perasaan pribadi (personalegefthle) berupa cinta pribadi, mengagumi, simpai, dan
antipati pribadi. Perbedaan persepsi yang berpangkal pribadi, presepsi yang tertuju kepada diri sendiri
disebut subjektif, yang selalu menjadikan egonya sebagai ukuran dari semua
kenyataan. Orang yang berwatak subjektif, tetapi tidak berpangkal pada pribadi-pribadi
orang yang menghadapi masalah, mengambil ego sebagai ukuran, dan melepaskan masalah-masalah
itu dari pribadi masing-masing orang maka ia ber-appresepsi factual. Kesimpulannya, subjektif berpangkal
pada pribadinya dan objektif berpangkal pada masalah yang dihadapi oleh pribadi
itu.
e. Appersepsi yang
Bersifat Konkret dan Abstrak
Orang yang ber-appresepsi bersifat konkret selalu berdasarkan fakta materi dari
kenyataan itu. Misalnya, adanya instrumen seperti peragaan, ilustrasi, dan
sebagainya yang berkaitan dengan tanggapan yang sesuai kenyataan. Sebaliknya,
orang yang bertipe abstrak tidak membutuhkan alat-alat bantu cukup dengan
simbol-simbol verbal yang mengandung pengertian seperti kata-kata atau dengan
garis/tulisan.
Akan tetapi, ada orang yang bertipe factual sering atau lebih banyak ingatan baik
tentang nama-nama, angka-angka, dan memiliki kecakapan yang besar terhadap
sesuatu yang bersifat khusus, tetapi ia kurang menguasai hal-hal yang bersifat
umum. Orang seperti ini biasa juga disebut bertipe induktif. Sebaliknya, yang
menguasai hal-hal yang umum disebut juga bertipe deduktif sekaligus auditif.
Oleh karena itu, ada juga yang membagi tipe-tipe ini berdasarkan penguasaan
ilmu-ilmu tertentu. Misalnya, orang yang bertipe abstrak dapat menjadi filosof
dan ahli ilmu pasti, sedangkan orang bertipe konkret atau visual dapat menjadi
arsitektur ulung dan sejarahwan yang andal.
2.5. Teori Kepribadian G.
Ewald
G. Ewald mempunyai titik-berangkat dan
sudut pandangan yang berbeda dari ahli-ahli yang telah dibicarakan di muka, dia
berangkat dari sudut pandangan psikiatrik; karya utamanya dalam bidang teori
kepribadian adalah Temperament und Character (Berlin 1924, Basel
1925). Di dalam tinjauannya yang bersifat psikiatrik itu Ewald membuat
perbedaan secara tajam antara temperamen dan watak.
1. Temperamen
Temperamen adalah konstitusi psikis, yang
berhubungan dengan konstitusi jasmani. Jadi di sini keturunan atau dasar
memainkan peranan penting, sedang pengaruh pendidikan dan lingkungan boleh
dikata tidak ada. Selanjutnya Ewald berpendapat bahwa temperamen itu sangat
erat hubungannya dengan biotonus (tegangan hidup, kekuatan
hidup, tegangan energi), yaitu intensitas serta irama hidup, yang mengatur
kecepatan serta kekuatan kegiatan-kegiatan hidup. Biotonus ini ada selama hidup
dan adanya pada diri seseorang constant, terutama tergantung
kepada konstelasi hormon-hormon.
Kepada biotonus inilah tergantung
faktor-faktor kejiwaan yang merupakan temperamen, yaitu:
a)
intensitas dan tempo hidup, dan
b)
perasaan-perasaan vital yang
menyertainya, jadi suasana perasaan (Stimung) individu.
Selanjutnya Ewald membedakan adanya tiga
macam temperamen, yang pembedaannya terutama bersifat kuantitatif, berdasarkan
atas kuat atau lemahnya biotonus itu, yaitu:
1) Temperamen
sanguinis atau hipomanis dengan biotonus kuat,
2) Temperamen
melancholis atau depresif, dengan biotonus lemah, dan
3) Temperamen
biasa atau normal, dengan biotonus sedang.
2. Watak (Character)
Ewald memberi batasan watak sebagai
totalitas dari keadaan-keadaan dan cara bereaksi jiwa terhadap perangsang.
Secara teoritis dia membedakan antara:
(a)
watak yang dibawa sejak lahir, dan
(b)
watak yang diperoleh.
Watak yang dibawa sejak lahir
(angeborener Charakter, watak genotipis), yaitu aspek yang merupakan dasar
daripada watak, watak genotipis ini sangat erat hubungannya dengan keadaan
fisiologis, yakni kualitas susunan syaraf pusat.
Watak yang diperoleh (erworbener
Character, watak phaenoti pis), yakni watak yang telah dipengaruhi oleh lingkungan, pengalam-dan
pendidikan.
Telah disebutkan, bahwa Ewald membuat
pembedaan secara tajam antara temperamen dan watak. Apakah perbedaan antara
kedua hal itu Temperamen boleh dikata tetap selama hidup, jadi tak mengalami
perkembangan, karena temperamen tergantung kepada konstela hormon-hormon,
sedangkan konstelasi hormon-hormon itu tetap selama hidup . Sedangkan watak,
walaupun pada dasarnya telah ada tetap masih mengalami pertumbuhan atau
perkembangan, watak yang tergantung kepada faktor-faktor eksogen. Ewald menyusun teori wataknya atas dasar rangsangan
luaran terhadap jiwa. Teorinya itu, sebagaimana yang dikutip oleh Agus Sujanto,
mengatakan: “Bila kita menerima rangsangan dari luar, maka rangsangan tersebut
dalam diri kita diolah dan kemudian direaksikan keluar dalam bentuk perbuatan
atau kelakuan (Hadhari 2012). Berdasarkan rangsangan tersebut, Ewald menyusun
watak manusia kepada empat yaitu:
1.
Penerimaan rangsangan,
iaitu ada orang yang mempunyai kepekaan tinggiterhadap rangsangan dan ada pula orang yang memiliki kepekaan yang
rendah.
2.
Penyimpanan kesan, iaitu
ada orang yang bekas suatu kesan lebih lama tersimpan sehingga berpengaruh kepada
perbuatannya, dan ada pula orang yang bekas suatu kesan tidak begitu lama
baginya yang tentu sahaja kesan tersebut tidak begitu berpengaruh.
3.
Pengolahan rangsangan.
Ewald membezakan pengolahan rangsangan oleh kesedaran dan pengolahan rangsangan
oleh pengaruh.
4.
Reaksi balik dari
rangsangan, iaitu sebahagian orang memiliki kemampuan mengadakan reaksi balik
terhadap suatu rangsangan, yang kelihatan pada perbuatan atau kelakuannya.
Sebahagian orang tidak memiliki kemampuan mengadakan reaksi balik terhadap rangsangan.
Itulah
tipologi keperibadian manusia yang didasarkan atas konstitusi psikis, yang
ditinjau oleh Ewald dari rangsangan luaran terhadap jiwa seseorang.
Masing-masing stadium yang digambarkan di
atas itu dapat digunakan sebagai dasar penggolongan tipologi.
(a)
Stadium I disebut oleh Ewald Eindrucksfahingkeit,
yakni
kecakap; menerima kesan-kesan atau kepekaan terhadap perangsang (( beri lambang
Ed). Dalam hal ini masih dibedakan lagi menjadi:
(1)
kepekatan terhadap perasaan-perasaan
tinggi atau Emp nadlichkeit (diberi lambang E).
(2) kepekaan terhadap
perasaan-perasaan instinktif atau Triebes fahigkeit (diberi lambang Tr).
(b) Stadium
II terdiri dari dua hal, yaitu:
(1) Retentionsfahigkeit (diberi lambang R),
yakni retensi, proses pengiring daripada apa yang tersebut di atas (stadium I);
jadi masalahnya ialah apakah pengalaman-pengalaman mempunyai bekas yang
mempengaruhi tingkah laku selanjutnya Dalam hal ini ada orang yang dapat
menyimpan kesan-kesan itu dalam waktu yang lama, ada yang tidak.
(2) Intrapsychische Aktivitdt
(diberi
lambang IA), yaitu kecakapan jiwa untuk mengolah kesan-kesan.
(c) Stadium III disebut Leitsfahigkeit (diberi lambang L)
yakni kecakapan untuk menjalankan apa yang telah diolah atau dipertimbangkan
itu dalam perbuatan; jadi masalahnya ialah apakah individu dapat merealisasikan
apa yang telah diolah atau dipertimbangkan itu.
Dengan pembicaraan di atas itu maka bagan
yang telah dikemukakan itu dapat disempurnakan sebagai berikut (lihat Bagan 8).
Dengan dasar empat kategori Itu, maka
kalau dilakukan dikotomisasi akan terdapat 2x2x2x2
atau 16 tipe manusia, yang ikhtisarnya
dapat disaksikan pada Tabel 15. Namun
Ewald berpendapat bahwa saling hubungan serta perbandingan keempat komponen di
atas itu satu sama lain itulah yang merupakan kepribadian manusia.
Jadi pribadian tidak ditentukan oleh
salah satu komponen yang dominan saja, tetapi oleh keempat komponen itu
bersama-sama. Dalam pada itu Ewald masih memasukkan dua komponen lagi, yaitu:
pada individu, yang mengenai hal ini pada
garis besarnya dapat dibedakan adanya
dua
golongan manusia, yaitu:
1)
manusia-manusia dengan pendorong besar;
dan
2)
manusia-manusia dengan pendorong kecil.
(a)
Hal yang kedua, yaitu tinggi-rendahnya
taraf kombinasi komponen-komponen itu; di sini lagi dapat diketemukan dua
golongan manusia, yaitu:
1)
Manusia-manusia golongan taraf tinggi,
dan
2)
Manusia-manusia golongan taraf rendah.
Dengan demikian maka akhirnya akan
terdapat 64 (enam puluh empat) golongan manusia.
Untuk menggambarkan berbagai ragam
kepribadian dengan lebih jelas Ewald
mempergunakan rumus bangun sebagaimana yang biasa dipergunakan dalam
ilmu kimia. Hanya saja harus benar-benar diingat, bahwa angka-angka dalam
rumus tersebut tidak berarti matematis mutlak, tetapi lebih bersifat
ilustratif yang mengandung arti komparatif. Komponen-komponen dengan
sifat-sifat atau kekuatan normal diberi angka 10, yang lebih dari itu diberi
angka di atas sepul luh, dan yang kurang dari itu diberi angka di bawah 10.
Jadi kepribadian yang ideal rumusnya adalah:
Kepribadian yang dilukiskan pada kedua
rumus yang berikut ini menyimpang dari komposisi ideal itu, namun tetap
selaras:
a) Kepribadian yang bertaraf tinggi:
b) Kepribadian yang bertaraf rendah
Dari pengalamannya Ewald mendapat
kesimpulan, bahwa dalam kenyataannya yang banyak justru komposisi-komposisi
yang tidak selaras.
Juga orang-orang yang mengalami gangguan
mental dilukiskan dengan rumus seperti di atas itu. Suatu contoh bagi golongan paranoid adalah sebagai
berikut: I
Apa yang menyolok di sini ialah
kesan-kesan yang berhubungan dengan dorongan instinktif luar biasa tingginya,
dan hal ini juga dengan kuat dijelmakan dalam perbuatan.
Karya Ewald, memberi gambaran
yang agak memadai tentang betapa rumit kepribadian manusia ku. Dia mencoba
meneropong kepribadian manusia itu dari berbagai sudut, sehingga cara pendekatannya
yang pada dasarnya tipologis itu lalu sampai pada hasil yang mirip sekali
dengan cara pendekatan pensifatan.
Rangkuman
Immanuel kant membawa pada perenungan tentang perkembangan
kejiwaan manusia. Aspek psikologis tidak dapat dipisahkan dari aspek jasmaniah
yang terikat menjadi satu kesatuan dalam pribadi seseorang. Kant
terlebih dahulu membagi dua pengertian dari satu subtansi antropologi manusia sebagai berikut.
-
Watak/karakter dipandang
sebagai suatu yang normatif. Watak/karakter pontensi kejiwaan atau sebagai
kualitas yang dapat membedakan individu dengan individu lainnya.
-
Temperamen dianggap
sebagai potensi kejiwaan yang dipengaruhi oleh aspek fisiologis. Aspek
fsiologis adalah aspek yang paling memegang peranan penting dalam memberikan
reaksi dan merespons suatu ransangan dari luar yang dialami oleh seseorang.
Selanjutnya kant mencandra temperamen-temperamen
tersebut sebagai berikut:
1. Temperamen
sanguinis (orang dengan darah ringan )
Temperamen ini ditandai oleh sifat yang mudah dan kuat
menerima kesan (pengaruh kejiwaan), tetapi yang tidak mendalam dan tidak tahan
lama. Adapun sifat-sifat khas golongan ini adalah :
-
Suasana perasaannya
selalu penuh harapan, segala sesuatu pada suatu waktu dipandangnya penting,
tetapi sebentar kemudian tidak dipikirkannya lagi, sering menjanjikan sesuatu
tetapi jarang menepatinya, karena apa yang dijanjikanya itu tidak
diperkirakannya secara mendalam apakah dia dapat memenuhinya atau tidak.
-
Dengan senang menolong
orang lain, tetapi tidak dapat dipakai sebagai sandaran.
-
Dalam pergaulan peramah
dan periang.
-
Umumnya bukan penakut,
tetapi kalau bersalah sukar bertaubat, dia menyesal, tetapi sesal itu lekas
lenyap.
-
Mengenai soal-soal
“zekelijk” lekas bosan, tetapi mengenai soal permainan atau hiburan tidak
jemu-jemunya.
2. Temperamen
melancholis (orang dengan darah berat)
Suasana batinnya gampang tertekan, percaya dirinya rendah,
dan selalu menunda pekerjaan. Sifat-sifat khas temperamen ini adalah :
-
Semua hal yang
bersangkutan dengan dirinya dipandangnya penting dan selalu disertai dengan
syakwasangka atau bimbang.
-
Perhatiannya terutama
tertuju kepada segi kesukaran-kesukarannya.
-
Tidak mudah membuat
janji, karena dia berusaha akan selalu menepati janji yang telah dibuatnya,
tetapi hal ini dilakukannya tidak atas dasar pertimbangan moral melainkan
karena kalau tidak menepati janji itu sangat merisaukan jiwanya, hal ini juga menyebabkan
dia kurang percaya dan tidak mudah menerima keramahtamahan orang lain.
-
Suasana perasaannya
umumnya juga bertentangan dengan suasana perasaan sanguinicus, hal ini
menyebabkan mengurangi kepuasan akan keadaanya dan kurang dapat melihat
kesenangan orang lain.
3. Temperamen
choleris (orang dengan darah panas )
Ia
seorang dinamis, mudah berkomunikasi dengan orang lain, terbuka, seorang
pemimpin, selalu mau unggul, menguasai, mampu berkopetensi secara intesif, dan
agresif. Akan tetapi orang seperti ini sukar menerima saran orang lain. Sifat
khas golongan temperamen ini adalah :
-
Lekas kebakar tetapi juga
lekas padam atau tenang, tampa membenci.
-
tindak –tindakkanya
cepat, tetapi tidak constant.
-
Selalu sibuk, tetapi
dalam kesibukannya itu dia lebih suka memerintah
dari pada mengerjakannya sendiri.
-
Nafsunya yang terutama
ialah mengerjakan kehormatan, suka sibuk dimata orang banyak dan suka dipuji
secara terang-terangan.
-
Suka pada sikap semu dan
formal.
-
Suka bermurah hati dan
melindungi, tetapi hal yang dilakukannya bukan karena dia sayang kepada orang
lain, melainkan karena sayang kepada diri sendiri, sebab dengan berbuat
demikian itu dia akan mendapatkan penghargaan.
-
Dalam berpakain selalu
cermat dan rapi, karena dengan demikian itu dia Nampak lebih cendekia dari pada
yang sebenarnya.
4. Temperamen
phlegmatic (orang dengan darah dingin)
Phlema berarti ketidaklembaman, jadi
berarti tidak malas.phlema sebagai kelemahan ialah kecenderungan kearah
ketidakpekaan, alasan yang kuat tidak cukup meransangnya untuk bertindak,
ketidakpekaan ini menyebabkan adanya kecenderungan kearah kejemukan dan
mengantuk. Sifat khas golongan temperamen ini
ialah :
-
Lambat menjadi panas,
tetapi panasnya itu tahan lama .
-
Tidak mudah marah.
-
Darah yang dingin itu tak
pernah dirisaukannya.
-
Cocok untuk tugas-tugas
ilmiah.
Dengan sengaja
pencandraan kant ini dikemukan dengan agak mendetail, karena pencandraan ini
nanti teryata besar pengaruhnya terhadap ahli-ahli yang lebih kemudian. Dalam
pada itu masih ada satu hal lagi yang perlu dikemukakan, yaitu masalah
temperamen campuran. Menurut kant temperamen campuran itu tidak ada, karena :
-
Temperamen-temperamen
yang bertentangan tak mungkin berkombinasi, jadi tak aka nada kombinasi antara
melacholis dan sanguinis, ataupun antara choleris dengan phlegmatic.
-
Kombinasi-kombinasi
yang lain, seperti kombinasi antara sanguinis dan choleris, ataupun melacholis
dengan phlegmatis akan saling menetralkan, jadi tak mungkin ada.
TH. Enselhanz menyimpulkan bahwa pendapat Kant merupakan
dasar dari psikologi kepribadian yang dikelompokkan dalam character building. Temperamen ini tergantung pada dua
unsur pokok sebagai berikut.
1.
Sejauh mana kualitas rangsangan yang diterima seseorang, yang melahirkan kepekaan kehidupan afektif.
2.
Terbentuk dan munculnya afektif seseorang tergantung pada dua hal, yakni mobilitas atau kadar gerak
daripada perasaan, serta intensitas dan kekuatan perasaan.
Klages Merupakan
tokoh filsafat dan psikologi yang menyatakan bahwa psikologi kepribadian
merupakan cabang dari psikologi secara umum. Ia menjadi psikologi
kepribadian sebagai inti dari filsafat kemanusian. Dengan dasar ini, Klages menyusun teorinya mendekati
sifat-sifat, khususnya secara menyeluruh untuk menentukan tipe kepribadian
seseorang sebagai berikut.
1)
Stoff (materi atau bahan).
2)
Structurc (struktur).
3)
Artung (kualitas sifat-sifat yang dimiliki seseorang).
G.
Ewald mempunyai titik-berangkat dan sudut pandangan yang berbeda dari ahli-ahli
yang telah dibicarakan di muka, dia berangkat dari sudut pandangan psikiatrik;
karya utamanya dalam bidang teori kepribadian adalah Temperament und
Character (Berlin
1924, Basel 1925).
Glosarium
Afektif
: Berkenaan
dengan perasaan (seperti takut, cinta) yang mempengaruhi keadaan perasaan dan
emosi
Appresepsi : Menyatukan dan mengasimilasi suatu
pengalaman dengan pengalamanan yang telah dimiliki dan dengan demikian memahami
dan menafsirkannya.
Bakat : Potensi-potensi atau faktor-faktor yang sudah
dibawa sejak lahir yan biasa disebut pembawaan.
Basic personality :
Sifat-sifat yang terdapat pada individu
membentuk Pengalam dalam latihan sampai dewasa.
Cemas :
Kehawatiran yang kurang jlas atau tidak
berdasar.
Cemburu : Bentuk khusus kehawatiran yang didasari oleh kurang adanya
keyakinan terhadap diri sendiri.
Character/karakter
: Ciri-ciri khusus kepribadian/ sifat-sifat khusus seseorang sehingga
terjadi watak yang baik.
Das ich : Dorongan primitif dalam das es dilasaknakan
oleh das ich, harus mengusahakan dorongan primitif itu tidak bertentangan
dengan turunan dari uber ich.
Das in : Tempat keberadaan.
Daya ingatan : Kemampuan untuk mencamkan, menyimpan,
menggambarkan serta mengingat kembali kesan-kesan, sifat ingatan.
Effect : Keadaan memuaskan atau tidak pada hal-hal
berkaitan dengan yang dipelajari.
Ekstrim :
Perilaku atau pemikiran yang melampaui batas.
Ekspresi : Pernyataan jiwa dengan
bermacam bentuk dalam pengertian terbatas untuk perubahan sampingan yang
menyertai suatu reaksi lisan atau gerak.
Fleksibel : Lentur, mudah menyusuaikan diri dengan segala keadaan.
Frutasi : Suatu keadaan dalam diri seorang yang disebabkan oleh tidak
tercapainya kepuasan atau suatu tujuan akibat adanya halangan atau rintangan
dalam mencapai kepuasaan.
Idealis : Sebuah hasrat
untuk mencapai atau mewujudkan sesuatu yang diinginkan, sesuatu yang istimewa
atau lebih
Ingatan : Kemampuan atau daya jiwa dalam menghubungkan
pengalaman atau kesan yang telah lampau dengan pengalaman sekarang.
Informal : Tidak resmi
Introvert : Sikap atau karakter
seseorang yang memiliki orientasi subyektif secara mental dalam menjalani
kehidupannya.
Paradigma : Satu gugusan cara berpikir.
Pengamatan : Proses
mengenal dunia sekitar lewat penggunan indra.
Perasaan : Pernyataan jiwa yang dihayati secara senang
atau tidak.
Perhatian : Suatu rekasi secara umum yang dilakukan dengan sadar.
Respons : Tanggapan, reaksi.
Shock : Goncangan bantin yang sangat kuat.
Sikap : Kecenderungan seseorang untuk berbuat terhadap
masalah tertentu.
Skill : Keterampilan yang didasari kecakapan tinggi sebagai hasil belajar.
Temperamen : Aspek-aspek
kepribadian yang melakukan reaksi yang dipengaruhi oleh suasana hati maupun
perubahan metabolisme.
Kepribadian : Kesatuan
dari sistem jiwa dan badan dalam diri individu yang bersifat dinamis dalam
menyesuaikan diri pada lingkungan.
Melankolis : Keadaan jiwa yang murung dan rekasi secara
lamban.
DAFTAR PUSTAKA
H. A.
Muin Ghazali. Hj. Nurseha Ghazali. (2016). Deteksi Kepribadian. Jakarta:
Penerbit PT. Bumi Aksara.
Dr. Sumadi Suryabrata,
B.A., M.A., Ed.S., Ph.D. (2010). Psikologi
Kepribadian. Jakarta: Penerbit PT.
Rajagrafindo Persada.
Alwisol.
(2005). Psikologi Kepribadian. Malang : Penerbit Universitas Muhammadyah
Malang
Chairilsyah
Daviq (2012). Pembentukan Kepribadian
Positif Anak Sejak Usia Dini. EDUCHILD. Vol. 01 No.1
Hadhari
(2012). Tipologi Kepribadian Manusia
Dalam Perspektif Al-Quran. EDUCHILD.
Vol. 04 No.2